L.BAJO - KELIMUTU TOUR

Mengexplore Pulau Flores sekarang lebih mudah dengan memesan paket Wae Rebo – Kelimutu dengan Your Flores. Perjalanan dapat ditempuh selama 4 hari dengan tidak terasa karena mengunjungi berbagai tempat menarik lainnya di Flores. Paket ini dapat diawali saat anda berada di Labuan Bajo. Untuk reservasi dan konsultasi bisa klik disini

DESTINASI YANG AKAN DIKUNJUNGI

  • DESA LIANG BUA (FOSIL)
  • WAE REBO
  • SPIDER WEB RICE FIELD
  • PEMANDIAN AIR PANAS SOA
  • GUNUNG INERIE
  • WOLO BOBO (SUNSET/SUNRISE)

 

  • KAMPUNG ADAT BENA
  • RUMAH ADAT WOLOGAI (ENDE)
  • DANAU KELIMUTU
  • TEMPAT PENGASINGAN BUNG KARNO
  • PASAR ENDE (DETUSUKO)
  • TEMPAT IBADAH

DESA LIANG BUA

Liang Bua merupakan sebuah gua batu kapur yang menarik dari beberapa gua karst yang berada di Pulau Flores, dikarenakan tempat ditemukannya mahkluk mirip manusia (hominim) baru yang dinamakan Homo Floresiensis atau Manusia Flores memiliki tinggi badan sekitar 100 cm dan beratnya hanya 25 kg. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2001 dan merupakan kerjasama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama dengan University of New England, Australia. Selain itu, ditemukan juga artefak batu dan tulang-tulang binatang seperti stegodon (gajah purba), komodo, kura-kura, biawak dan sebagainya. Hingga saat ini penelitian mengenai arkeologi masih dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang bekerjasama dengan institusi lain setiap tahunnya di tempat ini.

Liang Bua terletak di Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai. Gua ini memiliki ukuran panjang kurang lebih 50 m, lebar 40 m dan tinggi atap bagian dalam 25 m. Terletak sekitar 200 m dari pertemuan dua buah sungai besar yaitu Wae (sungai) Racang dan Wae Mulu. 

Aktivitas yang dapat dilakukan saat berkunjung ke Liang Bua aktivitas wisata yang dapat dilakukan yaitu berkeliling mengitari gua dan melihat keindahan stalakmit dan stalaktit gua. Wisatawan jika berkunjung saat waktu penelitian arkeologi berlangsung ditempat ini, wisatawan dapat melihat secara langsung bagaimana proses pencarian benda-benda arkeologi. Aktivitas lain yang dapat dilakukan di kawasan Liang Bua yaitu berkunjung ke museum Liang Bua. Museum tersebut tersdiri dari display-disp[aly yang menjelaskan homo floresiensis, benda-benda arkeologi lainnya yang ditemukan di Liang Bua serta sejarah mengenai Liang Bua.

WAE REBO

Desa wisata Waerebo terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, berabatasan langsung dengan Taman Nasional Komodo. Berada sekitar 1.100 mdpl, Waerebo merupakan sebuah desa terpencil yang dikelilingi pegunungan dan panorama hutan tropis lebat di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores. Waerebo kini telah tumbuh menjadi tujuan favorit untuk ekowisata. Pada Agustus 2012 Kampung adat Waerebo meraih Award of Excellence, anugerah tertinggi dalam UNESCO Asia-Pacific Awards for Heritage Conservation 2012 di Bangkok

Untuk mencapai Wae Rebo, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 6 km dari Desa Dintor ke Desa Denge dengan menggunakan motor. Perjalanan dari Denge menuju Wae Rebo, kira-kira memakan waktu pendakian selama 3 jam dengan menyusuri daerah terpencil yang dikelilingi hutan lebat yang belum terjamah, menyebrangi sungai serta melintasi bibir jurang.

Meski lokasinya berada jauh dari keramaian dan sulit terjangkau, namun Kampung Wae Rebo sangat terkenal terutama oleh wisatawan asing Negara-negara di Eropa karena desain arsitekturnya yang memiliki daya tarik tinggi. Salah satu hal yang menarik dari Desa Wae Rebo adalah rumah adatnya yang berbentuk kerucut dan atapnya terbuat dari daun lontar. Hasil kerajinan tangan warga, hasil kopi, vanili dan kulit kayu manis laris sebagai barang cendera mata yang dibawa pulang oleh wisatawan denga harga yang memuaskan.

Tak sulit untuk jatuh cinta pada kampung ini. Pengunjung dapat merasakan keunikan budaya, adat istiadat, keramahan warganya serta kearifan lokal yang masih terasa kental di kampung ini.

SPIDER WEB RICE FIELD

Untuk kamu yang masih bingung tempat wisata Spider Web Rice Fields ini jenisnya seperti apa, sebenarnya sudah sangat akrab dengan kehidupanmu. Tempat ini berupa sawah tetapi, tak seperti sawah kebanyakan dengan petak-petak berbentuk terasering. Sama seperti namanya, Spider Web Rice Fields adalah sawah yang polanya berbentuk seperti jaring laba-laba.

Bahkan pola jaring laba-laba tersebut tak cuma satu, melainkan semua pola persawahan di sekitarnya juga sama. bentuk sawah yang unik tersebut merupakan sebuah tradisi adat masyarakat setempat yakni Kabupaten Manggarai. Di kabupaten tersebut pembagian kebun maupun lahan sawah dikenal dengan lingko yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Sebenarnya tempat ini bukan merupakan tempat wisata, tapi karena keunikannya tersebut, banyak masyarakat yang tertarik datang ke sini dan melihat langsung keindahan panoramanya. Lama-kelamaan tempat ini akhirnya dibuka menjadi tempat wisata. Para pengelolanya pun juga bukan dari pemerintah maupun pihak swasta, tapi lebih pada masyarakat setempat yang menyediakan buku registrasi.

PEMANDIAN AIR PANAS SOA

Pemandian Air Panas Soa Mengeruda merupakan pemandian yang terletak di Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, NTT. Pemandian ini menyajikan fenomena unik air panas yang berasal dari Gunung Ine Lika.

Air panas di tempat pemandian ini dikenal berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit mulai dari penyakit kulit maupun untuk media terapi. Kandungan belerang, suhu dan juga zat vulkanis lain berasal dari magma bumi sehingga menjadikan Air Panas Mengeruda memiliki khasiat yang menyehatkan.

Kolam Air Panas Mengeruda ini sangat cocok dimanfaatkan untuk bersantai, berendam dan juga media terapi kesehatan. Air panas di dalam kolam ini membentuk sungai pendek dan terus mengalir di sebelah sisinya. Selanjutnya air tersebut mengalir membentuk air terjun kecil dan bercampur dengan aliran dari sungai lain.

Bentuk pemandian ini juga terdiri atas beberapa kolam. Masing-masing kolam memiliki tingkatan suhu, ada yang tinggi dan juga anda yang hangat-hangat kuku. Saluran air panas di kawasan ini bermodel layaknya sungai air panas yang mengaliri kolam.  Air Panas Mengeruda berasal dari sumber mata air dengan suhu 44 derajat celcius. Namun saat mengalir hingga ke kolam pemandian suhunya menurun hingga 36 derajat celcius.

Tempat wisata ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk mendukung kenyamanan pengunjung. Diantaranya yakni rumah makan, toilet, kawasan perkemahan serta hutan indah dengan jalan setapak yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai ajang tracking maupun berkemah.

Selain itu, wisata pemandian Air Panas Mengeruda ini terletak di lokasi yang strategis yakni di jalur perjalanan wisata. Banyak travel agent yang juga merekomendasikan tempat wisata ini sebagai paket tour travel mereka hingga ke Kelimutu. Biasaya sebelum menuju ke wisata Kelimutu pengunjung akan diajak untuk singgah di tempat pemandian air panas ini.

GUNUNG INERIE

Gunung Inerie namanya. Terletak di Kabupaten Ngada, atau sekitar lima belas kilometer ke arah selatan dari Bajawa yang merupakan pusat kota dari Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, gunung ini terlihat seperti piramida dari negeri Mesir.

Untuk mendapatkan kepuasan maximal, kalian jangan hanya melihat dari jauh panorama keindahan Gunung Inerie, tapi cobalah langsung untuk mendaki nya. Memiliki ketinggian 2245mdpl, kalian akan menghabiskan waktu kurang lebih 4-5 jam sesuai kemampuan masing-masing untuk sampai kepuncak.

Mendaki Gunung Inerie bukanlah perkara mudah, trek dari gunung kebanggaan masyarakat Ngada ini didominasi oleh kerikil dan bebatuan cadas hingga ke puncak. Hal ini membuat jalanan yang dilewati menjadi licin dan sukar untuk dipijak. Dengan sedikitnya vegetasi pepohonan yang tumbuh di gunung ini akan menambah tantangan jika pendakian dilakukan dikala siang hari, karna sinar matahari yang terik tak kan segan untuk menambah beban pendakian, Maka dari itu, para pendaki sebagian besar memulai pendakiannya dari dini hari agar sampai di puncak saat matahari mulai terbit.

Sambil nanjak terus kalian akan tiba di punggungan pertama, dari sana akan terlihat kawah yang cukup dalam dari Gunung Inerie. Namun itu bukanlah puncak. Kalian harus naik lagi dengan waktu kurang lebih 30 menit dengan ditemani jalur yang berbatu dan kemiringan yang semakin tajam.

Setelah itu, kalian tina dipuncak yang ditandai dengan tiga buah tiang menyerupai salib yang tertancap di tanah. Dari puncak, akan terlihat jelas Kampung Adat Bena yang berada tepat di kaki gunung ini. Amazingkan?

WOLO BOBO

Bukit Wolobobo merupakan sebuah bukit dengan panorama alam yang sangat indah, Gunung Inerie yang gagah serta keadaan alam yang masih dihiasi pepohonan yang sangat rindang. Gunung Inerie merupakan gunung dengan permukaan puncak yang lancip, layaknya gambar kita sewaktu masih kecil. Dari atas Bukit Wolobobo kita dapat melihatnya walau kadang tertutup oleh awan.

Udara yang dirasakan sangat sejuk hembusan angin yang cukup kencang menyentuh tubuhmu. Lokasi ini merupakan tempat yang cocok untuk menikmati alam dan menenangkan diri. Karena memang Bukit Wolobobo berada di ketinggian sekitar 1700 mdpl, meskipun begitu akses menuju ke puncak tak begitu susah karena sudah ditata dengan rapih. Bukit Wolobobo berada di daerah Bejawa, Flores, dan merupakan lokasi wisata favorit yang selalu ramai dikunjungi apalagi ketika sunset dan sunrise.

KAMPUNG ADAT BENA

Kampung Adat Bena di Nusa Tenggara Timur, sudah ada sejak 1.200 tahun lalu. Ia menjadi salah satu kampung yang masih mempertahankan adat dan budaya setempat sejak dulu kala. Masyarakatnya hidup dengan warisan budaya dan kepercayaan dari para leluhur. Keistimewaan ini lah yang membuat Kampung Bena punya daya tarik tersendiri. Destinasi wisata budaya ini tepatnya berada di Desa Tiworiwu, Kecamatan Jarebuu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kampung Bena berada di kaki Gunung Inerie yang memiliki tinggi 2.245 mdpl. Di sini tinggal sekitar 326 jiwa yang merupakan gabungan dari 120 keluarga. Masing-masing mendiami 45 rumah dan berasal dari sembilan suku yang berbeda. Yaitu Suku Bena, Suku Ngada, Suku Ago, Suku Khopa, Suku Dizi, Suku Wahto, Suku Dizi Azi, Suku Deru Lalulewa, dan Suku Deru Solamae.Setiap suku meninggali undakan yang berbeda. Suku Bena, dianggap sebagai yang paling tua dan pendiri kampung, menempati undakan yang ada di bagian tengah.

Terletak di Pulau Flores, sekitar 18 Km dari Kota Bajawa, masyarakat Kampung Adat Bena hidup dengan simbol-simbol budaya. Dimulai dari bentuk perkampungan dengan panjang 375 meter dan lebar 80 meter yang berundak-undak serta mirip perahu. Masyarakat Bena memercayai bahwa perahu adalah sarana yang dapat membawa arwah ke tempat peristirahatan terakhir. Perahu juga menyimbolkan kerja keras serta gotong royong.

RUMAH ADAT WOLOGAI

Kampung adat ini berada di Kecamatan Detusoko, Ende, Flores, NTT. Memang tak banyak wisatawan yang tahu keberadaannya. Padahal, sama dengan Kampung Bena dan Waerebo, Kampung Wologai menyimpan tradisi yang tak kalah menarik. Kampung ini usianya sudah lebih dari 800 tahun. Lokasinya berada di tengah lembah, dikelilingi bukit-bukit hijau.

Kalau ingin ke sana, butuh melakukan perjalanan melewati jalan-jalan berliku. Jaraknya kurang lebih 37km dari Kota Ende.

 Hampir serupa dengan rumah adat di Flores lainnya, Wologai juga memiliki keunikan bangunan. Bentuk rumahnya membentuk kerucut. Tata letak bangunannya melingkar dan bertingkat-tingkat. Makin ke atas, pelatarannya makin sempit, membentuk kerucut.

Satu hal unik dari Wologai adalah rumah-rumah dibangun melingkar dan ada tiga tingkatan dimana setiap tingkatannya disusun bebatuan ceper di atas tanah yang sekelilingnya dibangun rumah-rumah. Rumah panggung ini dibuat dari kayu yang diletakan di atas 16 batu ceper yang disusun tegak untuk dijadikan tiang dasar penopang bangunan ini.

Bangunan dengan panjang sekitar 7 meter dengan lebar sekitar 5 meter ini memiliki atap berbentuk kerucut yang dibuat dari alang-alang atau ijuk. Tinggi banguan rumah sekitar 4 meter sementara atapnya sekitar 3 meter. Deretan rumah panggung di kampung ini dibangun melingkar mengitari Tubu Kanga, sebuah pelataran yang paling tinggi yang biasa dipakai sebagai tempat digelarnya ritual adat.

Jumlah keseluruhan rumah adat di kampung Wologai adalah 18 rumah adat, 5 rumah suku dan sebuah rumah besar. Rumah suku dipakai sebagai tempat penyimpanan benda pusaka atau peninggalan milik suku. Sedangkan rumah besar hanya ditempati saat berlangsung ritual adat.

DANAU KELIMUTU

Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah danau. kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.

Kelimutu merupakan gabungan kata dari “keli” yang berarti gunung dan kata “mutu” yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.

Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna – warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau “Tiwu Ata Polo” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau “Tiwu Ata Mbupu” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.

Para penduduk di sekitar Danau Kelimutu percaya, bahwa pada saat danau berubah warna, mereka harus memberikan sesajen bagi arwah orang – orang yang telah meninggal.

Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.

TEMPAT PENGASINGAN BUNG KARNO

Rumah Pengasingan Soekarno merupakan tempat Soekarno menjalani hukuman pengasingan sebagai tahanan politik. Soekarno diasingkan ke Ende, Flores pada 14 Januari 1934. Ia diasingkan di sana selama empat tahun (1934-1938). Setelah itu, ia diasingkan ke Bengkulu. Selama di Ende, Soekarno dan keluarganya menempati sebuah rumah di tengah perumahanan penduduk biasa. Rumah itu milik Abdullah Ambuwaru. Setelah Indonesia merdeka, Soekarno mengunjungi Ende untuk pertama kalinya pada tahun 1951. Ia bertemu Abdullah Ambuwaru dan meminta agar rumah tempat tinggalnya itu dijadikan museum. Pada kesempatan kunjungan yang kedua (1954), Soekarno meresmikan rumah tersebut sebagai Situs Bung Karno pada tanggal 16 Mei 1954.

Pada 1 Mei 2012 diletakkan batu pertama sebagai tanda renovasi Situs Bung Karno. Secara resmi, situs tersebut direnovasi pada 23 Juni 2012. Renovasi dilakukan secara total, mulai dari dinding, lantai sampai atap, tetapi tidak mengubah bangunan lama. Rencana renovasi merupakan inisiatif Wakil Presiden Boediono yang berkunjung ke Ende pada tahun 2009 dalam rangka menelusuri jejak pelopor utama kemerdekaan. Tujuan merenovasi Situs Bung Karno di Ende adalah untuk membuat ikatan batin antara Ende dan Republik Indonesia, antara satu generasi dengan generasi yang akan datang.